BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik
yang berkembang di Indonesia
dan mengandung unsur-unsur musik Hindustan, Melayu,
dan Arab. Bentuk musik ini berakar awal
dasar dari Qasidah yang terbawa oleh Agama Islam yang
masuk Nusantara tahun 635 - 1600 dan Gambus
yang dibawa oleh migrasi orang Arab tahun 1870 - sesudah 1888, kemudian
menjelma sebagai Musik Gambus tahun 1930 oleh orang Arab-Indonesia bernama Syech Albar, selanjutnya menjelma
sebagai Musik Melayu
Deli pada tahun 1940 oleh Husein Bawafie, dan tahun 1950
pengaruh musik Amerika Latin
serta tahun 1958 dipengaruhi Musik India
melalui film Bollywood
oleh Ellya Khadam
dengan lagu Boneka India, dan terakhir lahir sebagai Dangdut tahun 1968 dengan
tokoh utama Rhoma Irama.
Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur
musik India (terutama dari penggunaan tabla)
dan Arab
(pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia pada akhir
tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya
penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya.
Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang
kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh
bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop,
bahkan house music.
Maksud
dan Tujuan
Mengetahui pengertian musik dangdut
Mengatahui sejarah perkembangan musik dangdut
Mengetahu alat-alat musik dangdut
Mengetahui manfaat musik dangdut
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUSIK DANGDUT
Penyebutan nama
"dangdut" merupakan onomatope
dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja)
musik India. Putu Wijaya
awalnya menyebut dalam majalah Tempo edisi 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka
dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir, dan
"dang-ding-dut" India. Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi
"dangdut" saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut
bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India.
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik
yang berkembang di Indonesia dan
mengandung unsur-unsur musik Hindustan, Melayu,
dan Arab. Bentuk musik ini berakar awal dasar dari Qasidah yang terbawa oleh Agama Islam yang masuk
Nusantara tahun 635 - 1600 dan Gambus yang dibawa oleh migrasi
orang Arab tahun 1870 - sesudah 1888, kemudian menjelma sebagai Musik Gambus tahun
1930 oleh orang Arab-Indonesia
bernama Syech Albar, selanjutnya menjelma sebagai Musik Melayu Deli pada tahun 1940 oleh Husein Bawafie, dan tahun 1950 pengaruh musik Amerika Latin serta tahun 1958 dipengaruhi Musik India
melalui film Bollywood oleh Ellya Khadam dengan lagu Boneka India, dan
terakhir lahir sebagai Dangdut tahun 1968 dengan tokoh utama Rhoma Irama.
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUSIK DANGDUT
Qasidah masuk ke Nusantara tahun 635 - 1600
Qasidah masuk Nusantara sejak Agama Islam dibawa para saudagar Arab tahun 635,
kemudian juga saudagar Gujarat tahun
900 - 1200, saudagar Persia tahun 1300 - 1600 [3]. Nyanyian Qasidah biasanya berlangsung
di masjid, pesantren dahwah agama Islam.
Gambus dan migrasi orang Arab mulai tahun 1870
Gambus
adalah salah satu alat musik Arab seperti gitar, namun mempunyai suara rendah.
Diperkirakan alat musik gambus masuk ke nusantara bersama migrasi Marga Arab Hadramaut
(sekarang Yaman) dan orang Mesir
mulai tahun 1870 hingga setelah 1888, [4] yaitu setelah Terusan Suez dibuka tahun 1870, pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta
Utara dibangun tahun 1877, dan Koninklijke
Paketvaart Maatschappij berdiri tahun 1888. Para musisi Arab sering
mendendangkan Musik Arab
dengan iringan gambus.
Pada awal abad XX penduduk Arab-Indonesia senang mendengarkan lagu gambus,
dan sekitar tahun 1930, Syech Albar
(ayah dari Ahmad Albar)
mendirikan orkes gambus di Surabaya. Ia juga membuat rekaman piringan hitam
dengan Columbia tahun 1930-an, yang laku di pasaran Malaysia dan Singapura.
Musik Melayu Deli tahun 1940
Musik Melayu Deli lahir sekitar
tahun 1940 di Sumatera Utara bersama Husein Bawafie dan Muhammad Mashabi, kemudian menjalar ke Batavia
dengan berdirinya Orkes Melayu [5].
Irama Amerika Latin tahun 1950
Pada tahun 1950, musik Amerika
Latin masuk ke Indonesia oleh Xavier
Cugat dan Edmundo Ros
serta Perez Prado, termasuk Trio Los Panchos atau Los Paraguayos.[rujukan?]
Irama latin ini kemudian lekat dengan orang Indonesia. Kemudian berbagai lagu
Minang juga muncul bersama Orkes
Gumarang, dan Zainal Combo [6].
Dangdut kontemporer telah
berbeda dari akarnya, musik Melayu, meskipun orang masih dapat merasakan
sentuhannya. Pada tahun 1950-an dan 1960-an banyak berkembang orkes-orkes
Melayu di Jakarta yang memainkan lagu-lagu Melayu Deli dari
Sumatera (sekitar Medan).
Dari musik Melayu Deli tahun 1940 ke Dangdut tahun 1968
Orkes Melayu (biasa disingkat
OM, sebutan yang masih sering dipakai untuk suatu grup musik dangdut) yang asli
menggunakan alat musik seperti gitar akustik, akordeon, rebana,
gambus, dan suling,
bahkan gong. Musik Melayu Deli awalnya tahun 1940-an
lahir di daerah Deli Medan, kemudian musik melayu deli ini juga berkembang di
daerah lain, termasuk Jakarta. Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya
unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan
politik anti-Barat dari Presiden Sukarno
menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti
P. Ramlee (dari Malaya),
Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya
(dengan gaya panggung seperti penari India, sang pencipta Boneka dari India),
Husein Bawafie (salah seorang penulis lagu Ratapan
Anak Tiri), Munif
Bahaswan (pencipta Beban Asmara), serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak
Tiri" yang sangat populer pada tahun 1970-an). Gaya bermusik masa ini
masih terus bertahan hingga 1970-an, walaupun pada saat itu juga terjadi
perubahan besar di kancah musik Melayu yang dimotori oleh Soneta
Group pimpinan Rhoma Irama.
Beberapa nama dari masa 1970-an yang dapat disebut adalah Mansyur S., Ida
Laila, A. Rafiq, serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu dapat dilihat
dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.
Dangdut modern, yang berkembang
pada awal tahun 1970-an sejalan dengan politik Indonesia yang ramah terhadap
budaya Barat, memasukkan alat-alat musik modern Barat seperti gitar listrik, organ elektrik, perkusi, trompet, saksofon, obo,
dan lain-lain untuk meningkatkan variasi dan sebagai lahan kreativitas
pemusik-pemusiknya. Mandolin juga
masuk sebagai unsur penting. Pengaruh rock (terutama pada permainan gitar)
sangat kental terasa pada musik dangdut. Tahun 1970-an menjadi ajang
'pertempuran' bagi musik dangdut dan musik rock
dalam merebut pasar musik Indonesia, hingga pernah diadakan konser 'duel'
antara Soneta Group dan God Bless.
Praktis sejak masa ini musik Melayu telah berubah, termasuk dalam pola bisnis
bermusiknya. Pada paruh akhir dekade 1970-an juga berkembang
variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks
(PSP). Orkes ini, yang berangkat dari gaya musik melayu deli, membantu
diseminasi dangdut di kalangan mahasiswa. Subgenre ini diteruskan, misalnya,
oleh OM Pengantar Minum Racun
(PMR) dan, pada awal tahun 2000-an, oleh Orkes Pemuda
Harapan Bangsa (PHB).
Interaksi dengan musik lain
Dangdut sangat elastis dalam menghadapi
dan memengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun
1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah
perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi
pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini
adalah bentuk campurannya: tarlingdut. Musik rock, pop, disko, house bersenyawa
dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut &
rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut. Demikian pula yang terjadi
dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung,
tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur
sari yang dinamakan congdut,
dengan tokohnya Didi Kempot),
atau zapin. Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing'
menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak
terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin.
Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer
dari Venezuela.
Bangunan lagu
Lagu-lagu dangdut dapat menerima
berbagai unsur musik lain secara mudah, meskipun demikian bangunan sebagian
besar lagu dangdut sangat konservatif. Sebagian besar lagu dangdut tersusun
dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut
dengan birama 3/4, kecuali pada beberapa lagu masa 1960-an seperti Burung
Nuri dan Seroja.
Bentuk bangunan lagu dangdut
secara umum adalah: A - A - B - A, namun dalam aplikasi kebanyakan memiliki
urutan menjadi seperti ini [7] :
“
|
Intro
- Eksposisi I - A - A - Eksposisi II - B - A - Eksposisi II
- B - A - (coda)
|
”
|
Bentuk bangunan lagu
dangdut
|
|
Urutan bangunan lagu
|
Keterangan
|
Intro
|
Dapat merupakan
pembuka pendek sepanjang 2 - 4 birama berupa permainan instrumental atau
rangkaian akord pembuka, bisa juga sebagai vokal resitatif (setengah
deklamasi) yang mengungkapkan isi lagu dengan iringan akord terurai (broken
chord) atau tanpa iringan, atau bisa juga berupa permainan seruling, kemudian
masuk ke Eksposisi I atau Vokal.
|
Eksposisi I
atau Tampilan I
|
Adalah sajian
instrumental yang berlangsung sepanjang 4 - 8 birama, dengan instrumen
suling, organ, gitar, bahkan sitar atau mandolin secara bergantian. Eksposisi
adalah Tampilan kelompok band, berupa aransemen kebolehan band yang disajikan
secara khusus untuk memperlihatkan kebolehan. Tampilan I bisa dihilangkan
kalau dari Intro langsung masuk Vokal.
|
Verse A
|
Biasanya berupa
melodi dengan nada rendah dan datar sebagai ungkapan pertama isi lagu
atau proposta.
|
Eksposisi II
atau Tampilan II
|
Berupa sajian yang
kedua instrumental kebolehan band, dan Tampilan II harus ada (tidak boleh
ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse A dengan Verse B, juga instrumental
bergantian antara organ, suling, gitar, atau sitar dan mandolin.
|
Verse B
|
Biasanya berupa
melodi dengan nada tinggi dan berapi-api menjelaskan lebih lanjut isi lagu,
atau juga riposta terhadap Verse A. Lirik bagian kedua biasanya berisi
konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang
diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.
|
Eksposisi II
atau Tampilan II
|
Diulang lagi, berupa
sajian yang ketiga instrumental kebolehan band, dan Tampilan II harus ada
(tidak boleh ditiadakan) dan sebagai penghubung Verse A dengan Verse B, juga
instrumental bergantian antara organ, suling, gitar, atau sitar dan mandolin.
|
Verse B
|
Mengulang dari Verse
B sebelumnya, isinya sama persis dengan Verse B sebelumnya.
|
Verse A
|
Disajikan sekali lagi
untuk menutup lagu, sama persis dengan Verse A sebelumnya.
|
Coda
(optional, boleh dihilangkan)
|
Di akhir lagu
kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama, namun juga bisa
ditiadakan langsung berhenti, atau diakhiri dengan fade away (jarang
terjadi).
|
Lagu dangdut umumnya juga miskin
improvisasi, baik melodi maupun harmoni.
Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.
Dangdut dalam budaya kontemporer
Rhoma Irama menjadikan dangdut
sebagai alat berdakwahnya, yang terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya serta
dari pernyataan yang dikeluarkannya sendiri. Hal ini menjadi salah satu pemicu
polemik di Indonesia pada tahun 2003, akibat protesnya terhadap gaya panggung
para penyanyi dangdut, antara lain Inul Daratista, yang goyang ngebor-nya yang
dicap dekaden serta "merusak moral". Jauh sebelumnya, dangdut juga
telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut
dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat
gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka"
dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu
perayaan keagamaan. Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik
yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala
kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta
bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari napas ini.
Panggung kampanye partai politik
juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa.
Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai
fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.[rujukan?]
Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan
berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut
dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan
mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut
banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan
dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.
C. JENIS-JENIS MUSIK DANGDUT
Beberapa Jenis Musik Dangdut
Dangdut berasal dari
suara alat musik gendang yang merupakan ciri khas jenis musik ini yang berbunyi
“dang” dan “dut”.
Dangdut berkembang dari
akar musik Melayu sekitar tahun 1940 yang kemudian tersentuh unsur musik India
dan Arab.
Dalam perkembangannya,
musik dangdut terbuka untuk menerima pengaruh dari jenis musik lain, seperti
keroncong, rock, pop, house musik, rap, bahkan r n b.
Berikut ini beberapa
jenis musik dangdut yang berkembang di Indonesia,
Dangdut Melayu Deli
Sekitar tahun
1950-1960, musik Melayu Deli mewabah di Jakarta yang kemudian terpengaruh unsur
musik India yang kemudian menjadi cikal bakal musik dangdut.
Sejumlah tokoh dari jenis musik ini antara lain, Said Effendi dengan lagunya Seroja, Ellya Khadam dengan lagu Boneka India yang diciptakan oleh Hussein Bawafie, M.Mashabi dengan lagunya Ratapan Anak Tiri, Ida Laila, Munif Bahasuan serta P.Ramlee.
Sejumlah tokoh dari jenis musik ini antara lain, Said Effendi dengan lagunya Seroja, Ellya Khadam dengan lagu Boneka India yang diciptakan oleh Hussein Bawafie, M.Mashabi dengan lagunya Ratapan Anak Tiri, Ida Laila, Munif Bahasuan serta P.Ramlee.
Rock Dangdut
Sekitar tahun ’70-an,
Indonesia dilanda oleh musik rock dari Barat.
Hal itu mendorong
seniman musik dangdut untuk bisa tetap eksis dengan mengikuti perubahan selera
masyarakat tanpa menghilangkan unsur pokok musik dangdut. Lahirlah Soneta Group
yang dimotori Rhoma Irama.
Berkembangnya jenis
musik ini, tak pelak lagi menimbulkan persaingan dengan musik rock dari luar
maupun musik rock dari dalam negeri.
Dengan kerja keras yang
luar biasa, akhirnya musik rock dangdut ini mampu sejajar dengan musik rock
yang ada dalam negeri, baik itu rock dari luar maupun dari dalam.
Dangdut Reggae,
Rap-Dut, Dangdut Mandarin, dan Cha-Dut
Sekitar ’90-an,
Indonesia kembali dilanda musik dari luar negeri yakni Reggae, Hip Hop, dan
Mandarin.
Dan sekali lagi, dangdut menunjukkan kefleksibelannya dengan melebur aliran-aliran musik baru tersebut tanpa menghilangkan unsur asli musik dangdut.
Dan sekali lagi, dangdut menunjukkan kefleksibelannya dengan melebur aliran-aliran musik baru tersebut tanpa menghilangkan unsur asli musik dangdut.
Muncullah Rama Aiphama,
dengan dandanan nyentrik khas Reggae yang booming dengan lagu Fatwa Pujangga
yang merupakan lagu Melayu yang didaur ulang dengan sentuhan Reggae. Selain
Rama Aiphama, muncul pula nama Farid Harja yang booming dengan lagunya Ini
Rindu dan Ayam. Ada pula Yopie Latul dengan hitsnya Simalakama.
Kemudian Abiem Ngesti,
si ‘Pangeran Dangdut’ yang booming dengan lagu Gadis Baliku yang memasukkan
unsur Rap dalam lagunya
Ada juga Anis Marsela
dan Merry Andani yang mengusung unsur mandarin dalam lagu dangdut yang
dinyanyikan, seperti Yang Sayang, yang dinyanyikan oleh Anis Marsela atau
Dinding Pemisah yang dinyanyikan oleh Merry Andani.
Di tahun-tahun inilah,
musik dangdut mengalami banyak sekali pengaruh unsur luar, beberapa seniman
bahkan ada yang memasukkan unsur Cha-Cha, sehingga muncul aliran dangdut
Cha-Cha atau Cha Dut.
Selain itu, muncul pula
nama Fazal Dath yang menciptakan lagu-lagu dangdut yang bercampur unsur India
modern dengan hitsnya Aku Bukan Hidangan yang dinyanyikan Hetty Soendjaya.
Ada pula Fahmi Shahab dengan hitsnya Kopi Dangdut yang mana unsur Arab banyak mendominasi dalam lagu ini.
Ada pula Fahmi Shahab dengan hitsnya Kopi Dangdut yang mana unsur Arab banyak mendominasi dalam lagu ini.
Disamping musik dangdut
yang sudah tercampur dengan unsur jenis musik yang lain, masih banyak juga
seniman dangdut yang eksis dengan lagu-lagu dangdut yang asli tanpa pengaruh
luar.
Sebutlah nama Evie Tamala, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, Ine Cynthia, Imam S.Arifin, Meggy.Z, Hamdan ATT, Itje Trisnawati, Ikke Nurjannah, Camelia Malik, iis Dahlia dan lain-lain dengan single-single dangdut yang tidak kalah booming dengan lagu-lagu dangdut dengan campuran unsur musik lain.
Sebutlah nama Evie Tamala, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, Ine Cynthia, Imam S.Arifin, Meggy.Z, Hamdan ATT, Itje Trisnawati, Ikke Nurjannah, Camelia Malik, iis Dahlia dan lain-lain dengan single-single dangdut yang tidak kalah booming dengan lagu-lagu dangdut dengan campuran unsur musik lain.
Disamping
penyanyi-penyanyi solo, bermunculan pula grup-grup vocal yang terinpirasi dari
grup-grup vocal luar seperti, Spice Girl ataupun Boyzone.
Muncullah nama Manis
Manja Grup, Trio BAM, Trio Sakera, Sekar Langit dan lain-lain.
Dangdut Etnik pun turut mewarnai dunia musik dangdut pada tahun-tahun tersebut, sebutlah nama Doel Sumbang dengan unsur Sunda, yang hits dengan tembang Kalau Bulan Bisa Ngomong yang dibawakan bersama pasangan duetnya, Nini Karlina.
Dangdut Etnik pun turut mewarnai dunia musik dangdut pada tahun-tahun tersebut, sebutlah nama Doel Sumbang dengan unsur Sunda, yang hits dengan tembang Kalau Bulan Bisa Ngomong yang dibawakan bersama pasangan duetnya, Nini Karlina.
Ada juga nama Yus Yunus
yang memasukkan unsur etnik Madura dalam lagunya yang berjudul Sapu Tangan
Merah.
Disco
Dangdut, Dangdut Campur dan Dangdut Koplo
Memasuki akhir ’90-an,
musik dangdut kembali merambah jenis aliran musik yang lain, yakni disco.
Muncullah Disco dangdut yang mengusung nama Ade Irma dengan hitsnya Kumbang-Kumbang, Ratna Anjani dengan hitsnya Padang Bulan yang sebelumnya pernah juga mencetak hits dan dibawakan oleh Ikke Nurjannah.
Muncullah Disco dangdut yang mengusung nama Ade Irma dengan hitsnya Kumbang-Kumbang, Ratna Anjani dengan hitsnya Padang Bulan yang sebelumnya pernah juga mencetak hits dan dibawakan oleh Ikke Nurjannah.
Dangdut Campur,
dinamakan demikian karena dalam satu lagu terkandung berbagai jenis unsur
musik.
Sebutlah lagu Rekayasa
Cinta yang dinyanyikan oleh Camelia Malik, ataupun Biarlah Merana yang
dinyanyikan oleh Rita Sugiarto, yang mengandung unsur Latin.
Dalam perkembangan
selanjutnya, muncullah House Dangdut, yang dimotori oleh Neneng Anjarwati dan
Amri Palu. Mereka mendaur ulang lagu-lagu dangdut yang pernah hits kemudian
mencampurnya dengan unsur musik house.
Sekitar tahun 2002,
Indonesia dihebohkan dengan munculnya Inul Daratista, penyanyi asal Pasuruan,
yang kontroversi dengan goyang ngebor nya. Dalam lagu yang dibawakan, musik
dangdutnya diaransemen sedemikian rupa dengan variasi gendang yang tidak hanya
berbunyi dang dan dut serta cenderung dengan beat cepat. Muncullah nama Dangdut
Koplo karena membuat setiap yang mendengar beatnya ingin bergoyang gila-gilaan.
Sebenarnya jenis musik
ini sudah mewabah di daerah Jawa Timur sebelumnya, dimana disana sering
diadakan pertunjukan musik dangdut dengan aransemen dangdut koplo yang nyatanya
menarik minat masayarakat untuk ikut bergoyang mengikuti beat lagunya hingga saat
ini.
D.
FUNGSI MUSIK
DANGDUT
Dilihat dari fenomena sekarang,
dangdut banyak digemari pendukung yang begitu melimpah :
Fungsi yang pertama dan utama
adalah sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah dan mengendurkan ketegangan
dengan berjoget, didukung pula oleh lirik yang mengajak pendengarnya untuk
bergembira.
Fungsi yang kedua sebagai sistem
proyeksi atas angan-angan terpendam. Cobalah kita simak kisah-kisah dalam lagu
dangdut yang bercerita tentang penderitaan, duka lara akibat kemiskinan atau
putus cinta.
Fungsi yang ketiga sebagai
sarana pendidikan atau penyampai pesan. Di samping lagu-lagu yang menyampaikan
duka lara, banyak pula lagu-lagu dangdut yang mengandung misi pendidikan, baik
pendidikan yang bersifat rohani-dakwah maupun nasehat untuk berbuat kebaikan.
Untuk fungsi ini tidaklah salah kalau kita sebut Rhoma Irama sebagai
pelopornya. Sebagai sarana penyampai pesan atau pengumpul massa untuk
kepentingan politik, dangdut sangat berperan di dalamnya. Lihatlah
kampanye-kampanye menjelang Pemilu yang lalu yang menyelenggarakan
panggung-panggung dangdut terbuka di tingkat propinsi hingga kelurahan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kehadiran musik dangdut dalam deretan jenis musik
pop di Indonesia cukup meyakinkan untuk mendapat tempat sejajar dengan jenis
musik yang lain. Potensinya sebagai jenis musik yang dapat mengemban misi,
kehadirannya sering diinginkan pada setiap kesempatan, pendukungnya melimpah
dan dampak positifnya dapat dilihat dari aspek sosial ekonomi. Khususnya bagi
mereka yang secara langsung terkait dengan produk budaya ini.
Pengetengahan musik dangdut dalam tulisan ini
kiranya dapat mengubah perhatian dan minat para pakar serta pengamat musik
untuk meneliti lebih jauh sehingga dapat menempatkan musik dangdut yang ada
pada taraf perkembangannya saat ini, sesuai dengan kenyataan yang ada. Bahkan
tidak menutup kemungkinan melalui tayangan Salam Dangdut MTV, ia lebih
diperkenalkan kepada dunia internasional; walaupun masih terbatas pada kalangan
kaum muda.
Dengan demikian penilaian yang menganggap musik
dangdut adalah musik “kampungan” ataupun musik orang yang tidak terpelajar,
lama kelamaan menjadi kabur. Musik dangdut saat ini telah mempunyai dukungan
yang mapan dan dapat diartikan sebagai mass music atau musik yang digemari
orang banyak yang berbeda dari musik rakyat atau folk music yang masih
mengandung unsur-unsur tradisional.
Keadaan yang menunjukkan bahwa musik dangdut
dapat diterima oleh orang banyak, bahkan sekarang ini oleh bagian terbesar
penduduk Indonesia adalah suatu gejala dan kenyataan yang tidak mungkin kita
ingkari. Dengan demikian semua langkah yang kita ambil untuk musik dangdut
tentulah berdasarkan kenyataan yang ada, dimulai dari kenyataan dan kita semua
dapat menerimanya sebagai kenyataan, sehingga dapat diharapkan tidak akan ada
lagi rasa ragu, rasa rendah diri, rasa takut dinilai “kampungan” dan sebagainya
dalam usaha untuk mencari identitas musik dangdut.
Di samping penelitian, usaha peningkatannya pun
perlu terus dilakukan. Rhoma Irama telah berhasil membuktikan kemampuan musik
dangdut dalam meningatkan diri setaraf dengan jenis musik pop yang lain dengan
merintis pencampuran pengaruh berbagai beat Barat, seperti rock dan jazz ke
dalam ritme dangdut.
SARAN
Sebagai generasi muda, khususnya pemuda bangsa Indonesia,
hendaklah kita mengetahui dan memahami tentang music tradisional yang berasal
dari Negara tanah air kita ini. Karena music sangatlah penting untuk kehidupan
kita. Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun
temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling
mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya.
DAFTAR PUSTAKA
gw copy postinganya,,,,
BalasHapus4 jempol
BalasHapus